Perintah menasehati penguasa, mendoakan mereka. Dan larangan membongkar kejelekan penguasa di muka umum.
Dan Rasulullah Shalsallahu ‘Alaihi Wa sallam memerintahkan untuk menasehati penguasa kita ketika Nampak kemaksiatan-kemaksiatan mereka dan ketika terjadi apa saja yang membutuhkan nasehat.
Dari Tamim Ad Radliyallahu ‘anhu berkata” Bersabda Rasullullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam “Agama itu nasehat, maka kami bertanya : Untuk siapa ya Rasulullah?, maka beliau menjawab: Untuk Allah, Kitab-Nya, Rasul-Nya, dan untuk penguasa muslim dan umat mereka”(HR. Muslim dalam shahihnya)
Dari Zaid bin Tsabit .r.a berkata, bersabda Rasulullah SAW : “ Tiga Golongan yang dengannya hati seorang muslim tidak akan mendendam: Ikhlas dalam beramal untuk Allah, menasehati penguasa, dan menetapi persatuan umat. Maka sesungguhnya doa-doa mereka meliputi dari balakang mereka” (HR. Ashaabus Sunan)
Dan Nabi melarang mencel, mencaci para penguasa, dan menyebarkan aib-aib mereka. Beliau memerintahkan untuk menasehati mereka dan mendoakan kebaikannya, Berkata Imam At Thahawi dalam aqidahnya yang banyak diterima oleh umat ini: “Kami tidak berpendapat bolehnya memberontak kepada penguasa dan pemimpin kita walaupun ia seorang pemimpin yang jahat, dan tidak mendoakan kejelekan untuk mereka, tidak melepaskan tangan dari ketaatan kepada mereka. Karena ketaatan kepada meraka termasuk ketaatan kepada Allah dan merupakan kewajiban. Selama tidak diperintahkan kepada yang maksiat. Kita mendoakan untuk mereka kebaikan dan ampunan.
Dari Anas .r.a berkata, telah melarang kami para pembesar kami dari sahabat Rasulullah SAW, mereka berkata: Bersabda Rasulullah SAW “ Janganlah kalian mencela pemimpin kalian dan janganlah kalian mendengki mereka, janganlah kalian membenci mereka, bertakwalah kepada Allah, bersabarlah karena urusan ini sudah dekat”. (HR. Ibnu Abi Ashim dan dishahihkan Al Albani)
Dari Abi Bakrah .r.a berkata, bersabda Rasulullah SAW : “ Penguasa adalah naungan Allah dimuka bumi maka barang siapa yang menghinakan penguasa maka Allah akan menghinakannya, barang siapa yang memuliakan penguasa maka Allah akan memuliakannya”(HR. Ibnu Abi Ashim, Ahmad At Thayalist, At Tirmidzi, dan ibnu Hibban. Dishahihkan Al Albani dalam Adz Dzilal)
Dari Muadz bin Jabal .r.a berkata, bersabda Rasulullah SAW: “Lima hal yang barang siapa yang melakukan salah satunya maka dia akan mendapat jaminan dari Allah: siapa yang menjenguk orang sakit, yang mengantar jenazah, yang keluar untuk berperang, atau masuk pada penguasanya ingin menasehatinya dan memuliakannya atau orang yang diam dirumahnya sehingga dengannya selamatlah manusia.” (HR. Ahmad, Ibnu Abi Ashim, Al Bazar, Al Hakim, dan At Tabrani)
Rasul menerangkan kepada kita bagaimana tata cara menasehati penguasa. Hendaklah tidak dilakukan diatas mimbar, dihadapan orang banyak. Dari Iyadh Ghunaim .r.a berkata, Bersabda Rasulullah SAW : “Barangsiapa yang ingin menasehati penguasa maka janganlah melakukannya dengan terang-terangan dihadapan umum. Akan tetapi dengan cara mengambil tangan penguasa tersebut dan menyendiri. Jika ia menerima, maka ia telah melakukan kewajibannya.”(HR. Ahmad, Ibnu Abi Ashim, Al Hakim, dan Baihaqi dishahihkan Al Albani dalam Adz Dzilal).
Dari Ubaidilah bin Khiyar berkata: “Aku mendatangi Usamah bin Zaid .r.a dan aku katakana : “Kenapa engkau tidak menasehati Utsman bin Affan untuk menegakkan hukum had atas Al Walid?” maka usamah berkata: “ Apakah kamu mengira aku tidak menasehatinya kecuali harus dihadapanmu?, Demi Allah sungguh aku telah menasehatinya secara sembunyi-sembunyi antara aku dan dia saja. Dan aku tidak ingin membuka pintu kejelekan dan aku bukanlah yang pertama kali membukanya.” (Atsar yang shahih diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim). Tidak ada toleransi sedikit pun dalam syariat ini untuk boleh memberontak kepada penguasa ketika mereka tidak mau mendengar nasehat. Bahkan yang ada adalah perintah untuk bersabar, sesungguhnya dosanya akan ditanggung mereka. Barangsiapa yang telah menasehati mereka dan mengingkari kemungkaran dengan cara yang benar maka ia telah terlepas dari dosa.
Dari Wail bin Hujr .r.a berkata: Kami bertanya: “ Ya Rasulullah, bagaimana pendapatmu jika penguasa kami merampas hak-hak kami dan meminta hak-hak mereka?.” Bersabda Beliau: “Mendengar dan taatlah kalian pada mereka maka sesungguhnya bagi merekalah balasan amalan mereka dan bagi kalianlah pahala atas kesabaran kalian.”(HR. Muslim).
Dari Anas .r.a berkata : bersabda Rasulullah SAW: “kalian akan menjumpai sesudahku atsarah (pemerintah yang tidak menunaikan hak-hak rakyatnya tetapi selalu meminta hak-haknya), maka bersabarlah sampai kalian berjumpa denganku.”(HR. Bukhari dan Muslim)
Dari Abi Hurairah .r.a berkata, bersabda Rasulullah SAW : “Kelak akan terjadi para penguasa dan mereka mereka mengumpu-ngumpulkan harta (korupsi).” Maka kami bertanya: “Maka apa yang kau perintahkan kepada kami?” Belia menjawab : “Tunaikanlah baiat yang pertama, tunaikanlah hak-hak pengusaha, sesungguhnya Allah akan bertanya pada mereka atas apa-apa yang mereka lakukan terhadap kalian.”(HR. Bukhari-Muslim)
Dari Mu’awiyah .r.a berkata, ketika Abu Dzar .r.a keluar dari Ar Rubdzah beberapa orng irak menemuinya dan berkata: “Wahai Abu Dzar, angkatlah bendera bersama kami maka orang-orang akan mendatangi kamu dan tunduk kepadamu.” Maka Abu Dzar berkata: “Tenang-tenang wahai Ahlul Islam, sesungguhnya aku mendengar Rasul Bersabda: “Kelak akan ada sesudahku penguasa maka muliakanlah ia, barang siapa yang menghinakannya, maka ia telah membuat kehancuran dalam islam dan tidak akan diterima taubatnya sampai ia mengembalikan kehancuran umat ini menjadi seperti semula.”(HR. Ahmad dan Ibnu Abi Ashim. Dishahihkan Al Albani dalam Adz Dzilal).
Dari Abu Dzar .r.a, berkata, Rasulullah SAW mendatangi dan aku dalam keadaan tertidur dalam mesjid kemudian beliau berkata:” Apa yang kamu lakukan jika kamu diusir dari negerimu??” aku menjawab: “aku akan pergi ke Syam.” Belia bertanya lagi: “Apa yang kamu lakukan jika kamu diusir dari Syam?” aku menjawab: “aku akan melawan dengan pedangku ya Rasulullah”. Maka Beliau Bersabda: “Maukah aku tunjukan dengan yang lebih baik dari itu semua dan lebih mencocoki petunjuk?, Mendengar dan taatlah dan turutilah kemanapun mereka menggiringmu.”(HR. Ahmad, Ibnu Abi Ashim, Ad Albani dalam Adz Dzilal).
Demikian juga Rasulullah SAW telah memperingatkan dari menyebarkan aib penguasa dan kesalahannya diatas mimbar-mimbar dan majlis-majlis karena hal ini akan menyebabkan tersebarnya kejelekan yang dilarang oleh Allah Ta’ala dalam Kitab-Nya: “Sesungguhnya orang-orang yang menginginkan tersebarnya kejelekan diantara orang-orang beriman, bagi mereka adzab yang pedih didunia dan diakhirat, dan Allah Maha Mengetahui sedangkan kalian tidak mengetahui(QS. An Nur:19)
Dari Abu Hurairah .r.a berkata, Rasul SAW bersabda: jika berkata seorang laki-laki : “Manusia telah binasa.” Maka ia orang yang paling binasa diantara mereka (HR. Muslim). Dan Rasul SAW telah melarang menyebarkan fitnah dan melarang perbuatan yang menyebabkan tersebarnya fitnah, sekalipun fitnah tersebut telah tersebar luas. Dan Beliau mengabarkan bahwa fitnah ini tidak akan membawa kebaikan pada umat. Bahwa Beliau juga melaran untuk angkat senjata(melawan penguasa) dan melarang bergabung dengan pemberontak lebih-lebih jika fitnah disebabkan masalah dunia.
Dari Miqdad bin Aswad .r.a berkata, Bersabda Rasulullah SAW : “Sesungguhnya orang yang bahagia itu adalah yang telah menjauhi fitnah dan ketika ditimpa musibah maka ia bersabar, alangkah bahagianya ia.”(HR. Abu Dawud, Berkata Al Albani: “Syahih Atas Syarat Muslim.”)
Dalam akhir pembahasan ini saya akhiri kumpulan hadits ini dengan perkataan Imam As Syaukani dalam Sailul Jarar dalam judul Kitabul Baghyi, beliau berkata: “Pemberontak adalah siapa saja yang keluar dari ketaatan kepada pemimpin. Pelakunya tercela walaupun untuk kemaslahatan Muslimin tanpa dalil dan tanpa menasehatinya lebih dahulu.” Sampai pada ucapan beliau: “Dan tidak boleh memberontak kepada penguasa walaupun mereka pada puncak kedzhaliman selama tidak nampak pada mereka kekufuran yang nyata”. Hadist-hadist yang menerangkan dibawah ini mutawatir.
Muhammad shidiq Hasan Khan juga menukil riwayat yang sama dalam kitab Ar RaudhatunNadiyah dan Beliau sebutkan juga dalam Kitabul Baghyl ‘Alas Sulthani.
Dan yang terakhir, aku serukan kepada segenap dai untuk merealisasikan perintah Allah dan Rasul-Nya yaitu menasehatinya secara sembunyi-sembunyi. Dan mejauhi tashyir (membeberkan aib-aib penguasa dihadapan umum). Dan tidak mendahulukan pendapat siapapun selain dari pendapat Allah dan Rasul-Nya. Berkata seorang penyair: Tinggalkanlah semua ucapan yang menyelisihi ucapan Muhammad.
Seorang tidak merasa aman dalam agamanya seperti yang terancam bahaya. Saya memohon kepada Allah yang Maha Agung agar menjadikan kita semua bias beramal untuk keridhaan-Nya diatas manhaj Rasul-Nya. Dan agar menjauhkan kita dari fitnah. Baik yang Nampak maupun tersembunyi. Sesungguhnya Ia Maha Mampu untuk melakukan itu semua. Dan semoga shalawat tercurah kepada Nabi kita Muhammad SAW, keluarga dan sahabatnya.
Sumber Artikel : Al-Jihad ed 5, 1428 H/ As Salaf Samarinda
Tidak ada komentar:
Komentar baru tidak diizinkan.